Minggu, 11 Desember 2011

khas teori sastra indonesia

Mencari Teori Sastra Khas Indonesia? Kategori: Seputar Silaban || Kontributor: Gunawan Silaban || || || BUKU-BUKU teori sastra yang beredar di Indonesia pada umumnya ditulis oleh penulis asing dan terutama tentang teori sastra Barat. Orang Indonesia pada umumnya baru sampai pada taraf menjadi penerjemah. Sebutlah,misalnya buku Rene Wellek dan Austin Warren (1949) Theory of Literature (diterjemahkan Melani Budianta menjadi Teori Kesusastraan, 1989), buku DW Fokkema dan Elrud Kunne-Ibsch (1977) Theories of Literature in the Twentieth Century (diterjemahkan J Praptadiharja dan Kepler Silaban menjadi Teori Sastra Abad Kedua Puluh, 1998), atau buku Raman Selden (1985) A Reader’s Guide to Contemporary Literary Theory (diterjemahkan Rachmat Djoko Pradopo menjadi Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini,1991). Buku Tzvetan Todorov (1968) Qu’est-ce que le structuralisme? Po’tique (diterjemahkan Okke KS Zaimar,Apsanti Djokosuyatno, dan Talha Bachmid menjadi Tata Sastra,1985),pun bisa menjadi contoh. Begitu pula buku Jan van Luxemburg, Mieke Bal,Willem G Weststeijn (1982, 1987) Inleiding in de Literatuurwetenschap dan Over Literatuur(buku pertama diterjemahkan Dick Hartoko menjadi Pengantar Ilmu Sastra,1984,dan buku kedua diterjemahkan Akhadiati Ikram menjadi Tentang Sastra, 1989). Kita pun bisa berkenalan langsung dengan teori sastra Barat itu dengan cara membaca buku A Teeuw (1984) Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra,misalnya. Memang,ada satu dua orang Indonesia yang memberanikan diri menulis buku teori sastra yang bersumber dari buku teori sastra Barat tersebut, yaitu Joseph Yapi Taum dan Budi Darma. Mereka menulis buku Pengantar Teori Sastra dan mencoba meramu, merumuskan, dan memberi penjelasan tentang teori sastra ––terutama teori sastra Barat–– dengan sudut pandang, fokus bahasan, dan gaya penyajian yang berbeda. Joseph Yapi Taum mencoba mentransformasikan teori-teori sastra Barat dengan sudut pandang dan fokus bahasan berorientasi pada teori pendekatan MH Abrams ––meliputi ekspresif, objektif, mimetik, pragmatik–– yang dikombinasikan dengan teori komunikasi linguistik Roman Jakobson, yang meliputi pengirim, pesan, pendengar,konteks,hubungan,kode. Dari dua pakar teori sastra itu, Abrams dan Jakobson,dihasilkan kecenderungan teori sastra yang ada hingga kini, meliputi romantik, marxis, formalistik, strukturalistik, dan orientasi pembaca. Budi Darma membedakan ruang lingkup sastra adalah kreativitas penciptaan dan ruang lingkup studi sastra adalah ilmu dengan sastra sebagai objeknya. Fokus sastra adalah kreativitas (puisi, drama, novel, dan cerpen), dan fokus studi sastra adalah ilmu (teori,kritik,dan sejarah sastra). Pertanggungjawaban sastra adalah estetika,dan pertanggungjawaban studi sastra adalah logika. Budi Darma juga menjelajah ke mazhab teori sastra new criticism (kritik sastra baru) dan strukturalisme.New criticismyang lahir sebagai reaksi terhadap kritik sastra sejarah dan kritik sastra biografi, meskipun hanya hidup selama 20 tahun (1940–1960),dalam praktiknya hingga kini masih banyak diterapkan oleh kritikus dan peneliti sastra. Bersamaan dengan new criticism,lahir pulalah mazhab baru formalisme Rusia yang lebih berorientasi pada bentuk (form) dengan titik berat kajian pada narasi atau cerita. Formalisme Rusia inilah yang a